RUMAH SAINS ILMA

Jalan TPU Parakan No. 148
Pamulang - Tangerang Selatan
Banten
Telp. 021-32042545


- akan tiba saatnya berpikir ilmiah menjadi budaya bangsa ini

Petuah Minggu Ini :

"Obat penawar terbaik dari segala jenis kegagalan adalah : coba lagi"

- tak ingat, siapa yang pertama kali menyampaikan petuah ini

Jumat, 07 November 2008

Cerita Lama : Ayah Yang Berkuasa

Ini sebuah cerita yang sudah lama usianya. Saya tak ingat lagi pertama kali mendapatkannya dari mana.

Di suatu pagi yang bergegas, terjadi kesibukan rutin di sebuah rumah. Sang ayah dan ibu bersiap berangkat kerja dan anak-anak bersiap berangkat ke sekolah. Ada yang sudah berpakaian rapi, ada yang baru akan mandi. Tiba-tiba terdengar suara "gelondang" yang keras. Si anak lelaki menabrak ember kosong saat setengah berlari menuju kamar mandi. Sang ayah yang terganggu lalu membentak, "Makanya kalau jalan lihat-lihat dong. Pakai tuh mata!"

Keesokan harinya, di pagi yang sama bergegasnya tiba-tiba terdengar suara "gelondang" yang keras yang mirip dengan kemarin. Ternyata sang ayah menabrak ember kosong saat tergesa menuju kamar mandi. Sang ayah dengan sangat marah berteriak, "Siapa yang naruh ember di sini...?"

2 komentar:

muzi mengatakan...

Komentar-komentar ini muncul di beberapa milis. Saya kumpulkan di sini untuk pembelajaran kita bersama yang mengunjungi blog ini (muzi)

Mungkin cerita yang seperti ini menjadi cikal bakal adanya kekerasan senioritas terhadap orang yang lebih lemah dan lebih muda.

Yuk, sama2, kita putuskan budaya yang tidak baik seperti ini.

Salam pendidikan
Herni

mungkin aja "pesan" dari cerpen yg dikirim bung muzi kira2 bunyinya gini: yg berkuasa slalu menang, anak buah slalu salah.

salam, hl

Bang Muzi ini sangat inspiratif banget yah, ada aja yang ditulis dan ingin di sharekan, saya jadi teringat dengan hukum pasal satu dan pasal dua yaitu :

Pasal satu:: Bos tidak pernah salah

Pasal dua :: Jika bos salah , lihat pasal satu.

He he he , salam pendidikan anak bangsa
Terima kasih banyak selama ini dari, saya sendiri banyak ilmu yang berguna buat keluarga kami.

Melly kiong

Setuju dgn Herni. Masih byk juga ortu (skrg masih byk juga atau sdh berubah ya?¿) yg overprotective thd anak. Mau ini gak boleh, mau itu jgn, mau begini dilarang, mau begitu dibilang bandel. Msh byk juga, katanya, ortu yg posesif (mohon koreksi bila salah) yg merasa anak itu adl milik dia (beda banget dgn ungkapan Khalil Gibran) yg bisa dibuat semau2, bisa disuruh2 kalo menolak tinggal bilang anak durhaka krn ngga nurut sama ortu, bisa diperintah tanpa ortu sendiri memberi cth apa yg diperintahkan itu, anak wajib menuruti pilihan ortu, yg anak hrs nurut pilihan pendidikan yg sdh ortu tentukan - biasanya pilihan adl cita2 ortu yg ngga kesampaian atau yg ortu pikir bisa cepat menghasilkan uang byk tanpa memikirkan keinginan anak. Dan anak diwajibkan menanggung ortu kelak di masa tua (balas budi?). Masih bykkah ortu spt itu?
Ratna

ada cerita lama juga....

ketika seorang ayah melihat laporan hasil belajar anaknya mendapat nilai matematika yang sangat bagus, sang ayah berujar : "siapa dulu donk bapaknya"

ketika melihat nilai yang buruk, di berteriak: "siapa sih gurunya?!!!"

Ahmad Rojali


ATURAN DI RUMAH
1) Ayah tidak pernah salah
2) Kalau Ayah salah, lihat No. 1

Pandapotan Harahap


pelajaran yang sangat berharga agar kita tidak mengulangi pola-pola
seperti ini untuk mendidik anak-anak kita.

salam,
-nima -

Kalau baca cerita seperti ini, mungkin kita tertawa, semoga dalam kehidupan sehari-harinya kita lebih baik dari ayah di cerita ini, yah...

Holy Sie, BBA
Human Science ABO Center
www.aboworld. blogspot. com

muzi mengatakan...

Tanggapan lain yang juga menarik :

Hehe Bang Muzi,
Ibu juga bisa berkuasa.
Nyaris sama dengan cerita berikut:

Ibu sedang tergesa menyiapkan sarapan dan pisau dapurnya lenyap.
Teriaknya: Mana pisau?
Jawab anak-anaknya: ga tau, Bu.
Cari !!!
Cari kemana?
Ya pikir aja kira-kira pisau biasanya ada di mana? Masa di kamar Ibu? Itu kan
bukan tempatnya!
Singkat cerita pisaupun ditemukan.

Lain kesempatan:
Si Ibu sedang mengupas bawang ketika HP-nya berdering. Diapun melesat ke kamar,
masih dengan pisau di tangannya, meletakkannya di meja rias, dan menerima
telepon. Hari itu berlalu dan si pisau masih di kamar. Saat si anak melihat ada
pisau di kamar Ibu, diapun bertanya:
Koq pisau dapur ada di meja rias Ibu? Kan bukan tempatnya...
Sang Ibu tersinggung, rentetan omelanpun meluncur:
Kamu ini ga tau kesibukan Ibu. Ibu masak sampai capek, sampai bawa-bawa pisau
dapur ke kamar segala. Masih juga kamu berani nyalahin Ibu. Jangan cuma bisa
protes dong, kalau kamu lihat ada pisau di kamar Ibu. Harusnya kamu amankan
dong! Kan kamu tahu adikmu masih kecil, nanti kalau pisaunya dia ambil gimana?!
bla bla bla............

Koq malah anak yg salah ya???

anna