RUMAH SAINS ILMA

Jalan TPU Parakan No. 148
Pamulang - Tangerang Selatan
Banten
Telp. 021-32042545


- akan tiba saatnya berpikir ilmiah menjadi budaya bangsa ini

Petuah Minggu Ini :

"Obat penawar terbaik dari segala jenis kegagalan adalah : coba lagi"

- tak ingat, siapa yang pertama kali menyampaikan petuah ini

Jumat, 04 Desember 2009

Para Guru Honorer Itu...

Para guru honorer itu menerima honor hanya 300 ribu rupiah per bulan. Bahkan ada yang cuma 150 ribu rupiah. Tapi kulihat betul kesungguhan dalam diri mereka. Ketika mengikuti pelatihan sains bersamaku dan kawanku Mas Agung Wibowo tampak sungguh semangat mereka. Hari ini (4 Des 2009) dan besok (5 Des 2009) mereka masih akan bersama mas Agung. Hari minggu lusa (6 Des) kembali bersamaku. Untuk kemudian setiap 2 minggu akan bersamaku bermain sains dengan banyak tema. Insya Allah akan ada 10 pertemuan secara keseluruhan. Kegiatan ini berhasil diselenggarakan karena kegesitan kawanku yang lain, Kang Sopyan, yang jago betul mencari dana.
Bagaimana mereka bisa bertahan dengan uang sejumlah itu untuk hidup sebulan di wilayah yang sejengkal saja dari Jakarta? Mungkin itulah bagian dari keajaiban Allah yang memang tak ada habis-habisnya.
Kupikir, berdosa sungguh diriku jika tak berbuat sesuatu. Singkat cerita, muncullah gagasan untuk mengambil sebagian hasil penjualan produk ilma dan royalty buku-bukuku untuk memulai sebuah gerakan ekonomi yang mudah-mudahan bisa membantu para guru itu. Pada saat yang sama terbayang pula anak-anak di banyak sekolah miskin yang bahkan untuk beaya fotokopipun seringkali gelagapan. Sekalian saja dana yang terkumpul (yang mudah-mudahan banyak) sebagian disalurkan untuk kegiatan sekolah mereka. Lalu terbayang pula keinginan kami yang sudah mengendap lama agar pembelajaran sains di seluruh Indonesia menjadi asyik dan menyenangkan. Salah satu cara paling efektif ialah dengan pelatihan guru. Karena aku terlibat dalam pembentukan klub guru Indonesia, pada awal-awalnya, maka melalui lembaga inilah pelatihan-pelatihan itu akan diadakan. Inilah ikhtiar. Soal hasil, terpulang kepada Ia Yang Maha Segalanya.

Model Gunung Berapi

Baru-baru ini ilma, dibantu perajin keramik dari Yogya, meluncurkan kit sains berupa model gunung berapi untuk eksperimen sains. Beratnya 72 g, tinggi 5 cm, dan lebar 5.5 cm. Harga per satuan Rp 7000. jika berminat hubungi saya atau Dony di di 021-70955693 atau 0811855693, email : dony_marpaung@yahoo.com. Dari setiap unit yang terjual akan diambil seribu rupiah untuk didonasikan kepada salah satu lembaga/kegiatan sebagai berikut :

1. gerakan kegiatan ekonomi para guru honorer yang saat ini akan dimulai dari guru di kecamatan kemang kabupaten Bogor
2. kegiatan sains di sekolah-sekolah dengan kemampuan finansial yang amat terbatas
3. pelatihan guru melalui klub guru indonesia

sesudah ini akan disusul pula oleh produk-produk ilma yang lain, termasuk royalty dari buku-buku karya saya. baru setakat ini yang bisa kami lakukan. semoga pendidikan kita menjadi lebih baik

Kit Sains Yang Mahal Harganya

Kit sains untuk SD itu, kulihat, berada dalam sebuah kotak. Ada timbangan, erlenmeyer, gelas kimia, magnet, beberapa katrol, dan lain-lain. Ia dibawa ke ruang pelatihan sains oleh guru peserta pelatihan. Ketika ditanya ada berapa kit seperti itu di sekolah, cuma satu jawabnya. Satu kit dipakai untuk puluhan anak?
Kawan saya bilang, 1 kotak kit itu berharga sekitar 2 juta. Ah, pantas saja sekolah itu hanya punya satu. Padahal, kit sains tak perlu semahal itu, dan tentu saja tak perlu "secantik" itu. Soal pengukuran volum, misalkan, tak perlulah anak SD menggunakan gelas ukur. Jauh lebih baik menggunakan bahan sehari-hari seperti tabung bekas film, bekas obat puyer, gelas plastik bekas, dan lain-lainnya. Katrol, misalkan, bisa dibuat dengan menggabungkan 2 tutup bekas minuman berkarbonasi (soft drink). Timbangan berat juga bisa dibuat dari bahan-bahan yang sangat sederhana. Uji zat pati pada bahan makanan, tak perlulah menggunakan lugol. Cukup menggunakan obat luka yang mengandung iodium. Hampir semua kit bisa diganti dengan bahan sehari-hari.
Jika harganya murah, maka kit bisa disediakan untuk semua anak. Itu artinya semua anak mendapatkan kesempatan mengalami langsung kegiatan praktek sains, mengalami langsung apa yang disebut kerja ilmiah. Inilah yang terus menerus kami kampanyekan ke sekolah-sekolah dan ke komunitas-komunitas pembelajaran. Kami yang saya maksud adalah ilma yang saya dirikan sejak 2003, lembaga-lembaga serupa ilma yang ada di banyak kota seperti Jakarta, Bandung, Malang, Jogja, Pekanbaru, Pontianak dan lain-lain, sejumlah sekolah di banyak kota yang sudah menerapkan konsep bermain sains dengan alat dan bahan sederhana yang kemudian berbagi pengalaman dengan sekolah di sekitarnya, teman-teman di homeschooling dan banyak lagi.
Akan tetapi, jangkauan mungkin akan menjadi lebih cepat meluas jika melalui dinas pendidikan. Sayangnya, kami belum menemukan jalan. Tak mengapa, perjuangan akan terus berlanjut. Suatu saat nanti berpikir ilmiah akan menjadi budaya bangsa ini. Insya Allah.

Rabu, 02 Desember 2009

Lompat Kata


Iseng-iseng saya menemukan sebuah permainan baru, sebut saja namanya "Lompat Kata". Sebenarnya ini bukan merupakan ide yang sangat baru, melainkan pengembangan dari permainan yang sudah ada sebelumnya. Tantangan dari permainan ini adalah mengubah satu kata menjadi serangkaian kata dengan kategori tertentu (misalkan nama hewan). Syaratnya adalah kata awal tadi perlu diubah menjadi kata lain (yang dikenal dalam Bahasa Indonesia) dengan cara mengganti salah satu hurufnya, tetapi tidak disertai dengan mengubah urutannya. Agar lebih jelas bisa lihat contoh gambar yang saya lampirkan.


Permainan ini bisa "dilombakan". Pemenangnya adalah yang paling banyak berhasil menemukan kata sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Dalam contoh yang saya lampirkan adalah nama hewan. Permainan ini bisa dimainkan secara manual atau dengan menggunakan software XMIND (mind mapping) yang bisa diunduh secara gratis di http://www.xmind.net/downloads/

Mudah-mudahan permainan ini bisa menjadi senam otak yang menyehatkan dan menjadikan anak-anak kita lebih kreatif.